Trend and Issue on Nurse
Write by "I"
Daftar Isi
Judul
Lembar Pengesahan.......................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan Makalah...................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 2
A. Pengertian…………………. 2
B.
Trend
dan isu dalam keperawatan gawat darurat…………………………………..…………………………..... 2
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………..14
A. Kesimpulan………………………………………………………….14
B. Saran………………………………………………………………. .14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Rumah
sakit merupakan tempat terakhir dalam
menanggulangi penderita gawat darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit,
khususnya instalasi gawat darurat harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga
dapat menanggulang gawat darurat.
Pelayanan keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat ditujukan kepada
klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau potensial mengancam
kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa
atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Di
instalasi gawat darurat tiap saat pada kasus kegawatan yang harus segera
mendapat pelayanan dan perawatlah yang selalu kontak pertama dengan pasien 24
jam, oleh sebab itu pelayanan profesional harus ditingkatkan karena pasien
gawat darurat membutuhkan pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat dengan tujuan
mendapatkan kesembuhan. Oleh karenanya perawat instalasi gawat darurat
disamping mendapat bekal ilmu pengetahuan keperawatan juga perlu untuk lebih
meningkatkan keterampilan yang spesifik seperti tambahan pengetahuan
penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).
Sekitar
25 % kematian akibat trauma akibat trauma disebabkan oleh cedera dada dan
setengah dari korban cedera ganda / multiple injuries juga mengalami cedera
dada . 2/3 jumlah korban cedar dada fatal masih hidup saat mereka mencapai IRD
dan hanya 15% yang memerlukan operasi. Jadi korban cedera dada masih bias
diselamatkan bila dilakukan prosedur yang tepat di fase prehospital dan IRD. Tujuan
makalah ini ialah untuk memudahkan anda mengenali tanda dan gejala cedera dada
berat serta memberikan pertolongan yang tepat. Cedera dada yang berat biasanya
disebabkan kecelakaan lalulintas, jatuh, luka tembak, luka tusuk, tabrakan dan
sebagainya.
B.
Tujuan
1. Menjelaskan
apa yang dimaksud trend
2. Menjelaskan
apa yang dimaksud isu
3. Menjelaskan
apa yang dimaksud dengan trend dan isu dalam keperawatan
4. Mengetahui
tren dan isu keperawatan gawat darurat
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Trend
adalah hak yanag sangat mendaar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang populer dimasyarakat.
Isu
adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.
Trend
dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak.
Keparawatan gawat darurat adalah
pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan
urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk
masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau
keluarga harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan
Pelayanan gawat darurat tidak hanya
memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien
tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan
keluarga. sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis
lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan
yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
B.
Trend dan Isu dalam Keperawatan Gawat
Darurat
a. CPR
/ RJP
Resusitasi jantung
paru-paru atau CPR
adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas
karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas
yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang
tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas, karena syok akibat
kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.
Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban
pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan karena
dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan di tempatnya sampai petugas medis
datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus
segera dilakukan CPR.
Chain of survival merupakan suatu serial tindakan
yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami henti jantung. Chain of
survival terdiri dari lima unsur,yakni: pengenalan dini henti jantung,
pemberian CPR secara dini, pemberian defibrilator sesegera mungkin,
penatalaksanaan ALS (Advance Life Support), dan perawatan pasca henti jantung.
Rantai kehidupan (chain survival) terdiri dari
beberapa tahap berikut ini (AHA, 2010):
1. Mengenali
sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera mengaktifkan
2. panggilan
gawat darurat (Emergency Medical Services)
3. Segera
melakukan RJP dengan tindakan utama kompresi dada
4. Segera
melakukan defibrilasi jika ada indikasi
5. Segera
memberi bantuan hidup lanjutan (advanced life support)
6. Melakukan
perawatan post cardiac arrest
b. Indikasi
1.
Pasien henti nafas
Henti
nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan
dari korban atau pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti nafas terjadi dalam keadaan seperti:
Tenggelam atau lemas, stroke, obstruksi jalan nafas, epiglotitis, overdosis
obat-obat, tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir, koma akibat
berbagai macam kasus.
2.
Pasien henti jantung
Pada
saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernafasan yang terganggu merupakan tanda awal akan terjadinya henti
jantung. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba disertai
kebiruan atau pucat, pernafasan berhenti atau satu-satu, dilatasi pupil tak
bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar (Suharsono, T., &
Ningsih, D. K., 2008).
c.
Alur Basic
Life Support
1. Tahapan persiapan
Sebelum
melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberapa prosedur berikut pada pasien
(AHA, 2010):
·
Memastikan kondisi lingkungan sekitar
aman bagi penolong
·
Memastikan kondisi kesadaran pasien
Penolong
harus segera mengkaji dan menentukan apakah korban sadar/tidak. Penolong harus
menepuk atau menggoyang bahu korban sambil bertanya dengan jelas: ‘Hallo, Pak/
Bu! Apakah anda baik-baik saja?’.Jangan menggoyang korban dengan kasar karena
dapat mengakibatkan cedera. Juga hindari gerakan leher yang tidak perlu pada
kejadian cedera kepala dan leher.
· Mengaktifkan
panggilan gawat darurat
Jika
korban tidak berespon, segera panggil bantuan. Jika ada orang lain disekitar
korban, minta orang tersebut untuk menelpon ambulans dan ketika menelpon
memberitahukan hal-hal berikut:
Ø Lokasi
korban
Ø Apa
yang terjadi pada korban
Ø Jumlah
korban
Ø Minta
ambulans segera datang
· Memastikan
posisi pasien tepat
Agar
resusitasi yang diberikan efektif maka korban harus berbaring pada permukaan
yang datar, keras, dan stabil. Jika korban dalam posisi tengkurap atau
menyamping, maka balikkan tubuhnya agar terlentang. Pastikan leher dan kepala
tersangga dengan baik dan bergerak bersamaan selam membalik pasien.
2. Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru) Sesuai
Algoritma AHA 2010
a.
Basic
life support (BLS) atau tunjangan hidup dasar
Pada
tahun 2010, American Heart Association (AHA) mengeluarkan panduan terbaru
penatalaksanaan CPR. Berbeda dengan panduan sebelumnya, pada panduan terbaru
ini AHA mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi CAB.
· Circulation (C)
Mengkaji nadi/ tanda sirkulasi Ada
tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri
karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari
telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira
1–2 cm raba dengan lembut selama 5–10 detik. Jika teraba denyutan nadi,
penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver
tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/ pasien. Jika tidak
bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.
Melakukan kompresi dada Jika
telah dipastikan tidak ada denyut jantung luar,dilakukan dengan teknik sebagai
berikut :
Ø Menentukan
titik kompresi (center of chest): Cari possesus xypoideus pada sternum dengan
tangan kanan, letakkan telapak tangan kiri tepat 2 jari diatas posseus
xypoideus.
Ø Melakukan
kompresi dada
Kaitkan
kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada, luruskan kedua siku dan pastikan
mereka terkunci pada posisinya, posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban
dan gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam minimal 2 inchi
(5 cm), lakukan kompresi 30x dengan kecepatan minimal 100x/menit atau sekitar
18 detik. (1 siklus terdiri dari 30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5
siklus CPR, kemudian periksa nadi carotis, bila nadi belum ada lanjutkan CPR 5
siklus lagi. Bila nadi teraba, lihat pernafasan (bila belum ada upaya nafas)
lakukan rescue breathing dan check nadi tiap 2 menit.
Ø Airway (A) Tindakan ini bertujuan
mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Buka jalan nafas
dengan head tilt-chin lift/ jaw thrust. Jika terdapat sumbatan harus
dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain (fingers weep),
sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross Finger,
dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
Ø Breathing (B) Bantuan napas dapat
dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang
yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2
kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2
detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000–1000ml (10ml/kg) atau
sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas
dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus
memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
3. Trauma
dada
Trauma dada
adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung,
perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,hematopneumothoraks.Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan
dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.Di dalam toraks
terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru
dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa
darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa
mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
Dada merupakan rongga bertulang yang
terbentuk dari 12 pasang tulang rusuk yang berhubungan dengan tulang belakang
di posterior dan tulang dada di anterior. Saraf dan pembuluh darah intercostals
berjalan sepanjang permukaan inferior pada setiap tulang rusuk. Permukaan dalam
rongga dada dan paru dilapisi selaput tipis, disebut pleura. Ruang antara dua
lapisan pleura normalnya hampa (ruang potensial), bila ruangan ini berisi udara
akan menimbulkan pneumothorax, bila berisi darah akan menimbulkan hemothorax.
Pada orang dewasa, ruangan potensial ini dapat menampung 3 liter cairan
disetiap sisinya. Setiap paru menempati sebelah rongga dada. Di antara 2 rongga
dada terletak mediastinum, yang berisi oleh jantung, aorta, vena kava superior
dan inferior, trakea, bronkus utama dan esophagus. Medulla spinalis dilindungi
oleh columna vertebralis. Diafragma memisahkan organ-organ thorax dari rongga
abdomen. Organ perut bagian atas seperti limpa, hati, ginjal, pancreas dan
lambung dilindungi tulang rusuk bagian bawah.
Bila melakukan evaluasi korban dengan kemungkinan
trauma thorax, harus selalu mengikuti penilaian prioritas secara BTLS untuk
menghindari terlewatkannya kondisi yang mengancam jiwa. Selama survey primer
BTLS, carilah cedera yang paling parah terlebih dahulu untuk memberikan
kesempatan hidup pada korban tersebut . Seperti semua penderita trauma lainnya,
mekanisme trauma penting diketahui untuk penanganan penderita trauma dada.
Cedera dada meungkin merupakan akibat dari trauma tumpul atau trauma tajam.
Pada trauma tumpul energy yang didistribusikan meliputi area yang luas dan
cedera visceral dapat disebabkan karena deselerasi, robekan, kompresi atau
ledakan. Luka penetrasi biasanya berasal dari tembakan atau tusukan, energy
yang didistribusikan meliputi area yang lebih sempit. Terjangan peluru sering
sulit diperkirakan akibatnya, dan semua yang berada di dalam dada
beresikoterkena. Hasil akhir yang paling sering terjadi pada cedera dada adalah
hipoksia jaringan. Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat :
a. Pengiriman
oksigen ke jaringan yang tidak adekuat akibat sekunder dari obstruksi jalan
nafas
b. Hipovolemia
akibat perdarahan
c. Ventilasi
atau perfusi yang tidak sesuai akibat cedera parenkim paru
d. Perubahan
tekanan pleura akibat tension pneumothorax
e. Kegagalan
pompa jantung akibat cedera miokardium berat
Gejala utama cedera dada meliputi nafas
pendek, nyeri dada dan distress respirasi. Tanda yang menunjukkan trauma thorax
termasuk : syok, batuk darah, sianosis, dinding dada memar, flail chest, luka
terbuka, distensi vena leher, deviasi trachea atau emfisema subkutis. Periksa
suara nafas di dada kiri dan kanan. Trauma thorax yang mengancam jiwa harus
segera diidentifikasi. Terdapat 12 keadaan gawat darurat trauma thorax.
Cedera-cedera berikut ini harus dideteksi dan diterapi selama survei primer
BTLS :
1. Obstruksi
jalan nafas
2. Pneumothorax
terbuka
3. Tension
pneumothorax
4. Hemotorax
massif
5. Flail
chest
6. Tamponade
jantung
Cedera
yang mengancam nyawa yang dapat dideteksi selama pemeriksaan detil atau
evaluasi di rumah sakit (secondary survey) adalah sebagai berikut:
1. Ruptur
aorta traumatic
2. Cedera
trakea atau cabang bronkus
3. Contusio
miokardium
4. Robekan
diafragma
5. Cedera
esophagus
6. Contusio
pulmonum
4. Masalah - Masalah Pada Trauma Thorax
1. Obstruksi
Jalan Nafas
Dalam
menangani jalan nafas, harus selalu beranggapan terdapat pula cedera tulang
servikal.
2. Open Pneumothorax (Pneumothorak Terbuka)
Keadaan
ini seing disebabkan oleh cedera tajam, berupa luka dada yang menghisap
(sucking chest wound). Gejala dan tanda yang timbul sesuai dengan ukuran
kerusakan pada dinding dada. Ventilasi normal melibatkan tekanan negatif rongga
dada akibat kontraksi diafragma. Saat udara melalui saluran nafas atas, paru
akan berkembang. Adanya luka terbuka yang besar pada dinding dada (lebih besar
dari trakea kira-kira seukuran jari kelingking penderita), aliran udara melalui
dinding dada yang terbuka ini menyebabkan bunyi menghisap, sehingga disebut
luka dada yang menghisap. Udara hanya akan mengalir masuk ke rongga pleura,
tidak ke paru, sehingga oksigen tidak dapat didistribusikan ke darah, yang
selanjutnya akan berakibat hipoksia dan gannguan ventilasi.
Penatalaksanaan
open pneumothoraks
1. Pastikan
jalan nafas terbuka
2. Tutup
lobang pada dinding dada dengan material yang masih tersedia,misalnya pada
defibrillator, pembalut bervaselin, sarung tangan karet, atau lembaran plastik.
Penutupan yang dapat beresiko menimbulkan tension pneumothorax . Untuk
menghindari hal ini,plester 3 sisi penutup lobang dada supaya tercipta semacam
katup, udara dapat keluar tapi tidak dapat masuk rongga dada
3. Beri
oksigen
4. Pasang
monitor jantung, bila ada
5. Monitor
saturasi oksigen dengan pulse oximeter
6. Rujuk
dengan cepat ke rumah sakit yang tepat
Sekarang tersedia
penutup luka dada (Asherman Chest Seal) dengan katup satu arah yang saat ini
merupakan benda terbaik untuk menutup luka dada terbuka. Pasang segera chest
tube dan diikuti dengan operasi untuk menutup lobang tadi.
3. Tension Pneumothorax
Cedera
ini terjadi bilamana terbentuk katup satu arah akibat trauma tumpul maupun
tajam. Udara dapat masuk tetapi tidak dapat keluar dari rongga
pleura,selanjutnya akan menyebabkan peningkatan tekanan intratoracal sehingga
paru yang terkena kolaps dan mediastinum akan terdorong kesisi berlawanan.
Tekanan ini akan menyebabkan vena cava superior dan inferior kolaps sehingga
venous return (aliran balik vena) akan turun sampai hilang. Deviasi trachea dan
mediastinum menjauhi sisi yang mengalami tension pneumothorax, akan mengganggu
ventilasi paru lainnya, meskipun hal ini merupakan fenomena lanjut. Tanda-tanda
klinis tension pneumothorax termasuk dispneu,kecemasan , takipneu, suara nafas
menurun, pada perkusi terdengar hipersonor di sisi yang terkena hipotensidan
distensi vena leher. Deviasi trachea dijumpai pada fase lanjut (dan jarang)
tapi bila tidak dijumpai tidak berarti bukan tension pneumothorax. Pada 108
penderita tension pneumothorax dan membutuhkan dekompresi dengan jarum tidak
dijumpai adanya deviasi trachea. Penurunan daya pegas/compliance paru (ditandai
dengan terasa berat saat meremas balon alat bag valve) sudah harus dicurigai
kemungkinan terjadinya tension pneumothorax.
Penatalaksanaan
tension pneumothorax
1. Pastikan
jalan nafas terbuka
2. Beri
Oksigen konsentrasi tinggi
3. Monitor
saturasi oksigen dengan pulse oksimeter
4. Segera
rujuk ke rumah sakit yang tepat
5. Hubungi
tempat tujuan pelayanan medis
Penderita harus dirujuk
kerumah sakit dengan cepat sehingga dapat dilakukan dekompresi dada. Chest tube
juga perlu disediakan sesampainya di rumah sakit.
4. Hemothorax Masif
Terdapat
darah di dalam cavum pleura disebut hemothorax. Hemothorax massif terjadi bila
sekurang-kurangnya 1500 ml darah terkumpul di cavum pleura. Setiap rongga dada
dapat menampung kurang lebih 3000 ml darah. Hemothorax massif lebih sering
disebabkan oleh trauma oleh trauma tajam dibandingkan trauma tumpul, tapi kedua
jenis trauma tersebut dapat merusak pembuluh darah besar paru atau sistemik.
Ketika darah terkumpul di cavum pleura, paru pada daerah yang cedera akan
kolaps. Bila darah yang terkumpul cukup banyak (jarang), mediastinum akan
terdorong ke sisi yang berlawanan. Vena cava superior dan inferior, serta paru
kontralateral akan terkompresi. Kehilangan darah selanjutnya akan berakibat
hipoksemia.Tanda dan gejala hemothorax massif disebabkan oleh hipovolemia dan
gangguan respirasi. Penderita dapat mengalami hipotensi akibat kehilangan
darah, kompresi jantung dan pembuluh darah besar. Gelisah dan kebingungan
disebabkan oleh hipovolemia dan hipoksemia. Tanda klinis syok hipovolemi
mungkin sudah terlihat pembuluh vena leher biasanya kempis akibat sekunder dari
hipovolemia, tapi kadang juga bias distensi akibat kompresi mediastinum. Tnada
lain berupa suara nafas yang menurun dan pada perkusi timbul suara pekak disisi
paru yang terkena.
Penatalaksanaan
Hemothorax
1.
Pastikan jalan nafas terbuka
2.
Beri oksigen aliran tinggi
3.
Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
4.
Monitor saturasi oksigen dengan pulse
oksimeter
5.
Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
5.
Flail Chest
Hal
ini terjadi bila tiga atau lebih tulang rusuk yang berdekatan patah, sekurang
kurangnya pada dua tempat terpisah. Segmen patahan ini tidak terhubung lagi
dengan dinding dada. Dapat terjadi lateral atau anterior (terpisah dari
sternum) flail chest. Pada patah tulang rusuk posterior, susunan otot-otot yang
padat mencegah terjadinya flail chest. Flail segmen bergerak paradoksal dengan
sisa dinding dada. Kekuatan yang mengakibatkan flail chest juga akan mencederai
paru, dan memar paruyang timbul akan memperberat hipoksia. Pasien juga beresiko
menderita hemothorax atau pneumothorax. Flail segmen yang besar akan
menimbulkan distress nafas yang nyata. Nyeri pada cedera dinding dada
memperberat gangguan nafas yang nyata. Nyeri pada cedera dinding dada
memperberat gangguan pernafasan yang telah ada akibat gerakan paradoksal dan
memar paru. Palpasi dada akan teraba krepitasi sebagai tambahan gerakan nafas
abnormal.
Penatalaksanaan
flail chest
1. Pastikan
jalan nafas terbuka
2.
Beri oksigen
3.
Bantu ventilasi bila perlu, harus
diingat bahwa flail chest sering diikuti pneumothorax
4.
Monitor saturasi oksigen dengan pulse
oksimeter
5.
Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
6.
Stabilisasi flail segmen dengan tekanan
tangan, beri kain bersih lalu plester. Tindakan ini tidak perlu terburu-buru
dilakukan sebaiknya menunggu sampai penderita stabil di atas backboard.
Usahakan menjaga stabilisasi pada segmen flail dengan tekanan manual selama
melakukan roll.
7.
Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
8.
Pasang monitor jantung bila alat
tersedia, karena trauma miokardium ini juga sering menyertai cedera ini.
6.
Tamponade
Jantung
Keadaan
ini sering terjadi pada trauma tajam.Selaput pericardium merupakan membran yang
tidak elastis yang mengelilingi jantung. Bila terjadi penumpukan darah pada
rongga pericardium, ventrikel akan tertekan. Meskipun dalam jumlah sedikit ,
darah dalam rongga pericardium akan mengganggu pengisian jantung. Pada saat tekanan
kompresi pada ventrikel meningkat, pengisian darah ke jantung akan turun
sehingga cardia output menurun. Trias klasik tamponade jantung adalah
hipotensi, distensi vena leher, suara jantung terendam/menjauh/muffle (trias
beck). Suara jantung menjauh mungkin sulit dikenali dilapangan, namun bila anda
mendengarkan suara jantung saat survey primer adan akan memperhatikan
perubahnnya kemudian. Bila nadi korban pada saat inspirasi menghilang (pulsus
paradoksus), mungkin korban tersebut mengalami tamponade jantung. Diagnosis
banding utama adalah tension pneumothorax. Pada tamponade jantung , pasien
dalam keadaan syok dengan posisi trachea ditengah dan bunyi/suara nafas di paru
kiri-kanan sama keras kecuali bila tamponade jantung disertai pneumothorax atau
hemothorax.
Penatalaksanaan
tamponade jantung
1. Pastikan
jalan terbuka dan beri oksigen
2. Tamponade
jantung akan cepat berubah menjadi fatal dan tidak dapat ditangani dilapangan ,
maka segera rujuk ke rumah sakit yang tepat.
3. Hubungi
tempat tujuan pelayanan medis
4. Monitor
saturasi oksigen dengan pulse oksimeter
5. Monitor
jantung bila alat tersedia
7. Ruptur Aorta Traumatik
Merupakan
penyebab kematian cepat tersering dari kecelakaan kendaraan motor atau jatuh
dari suatu ketinggian. 90 % penderita meninggal dengan segera. Diagnosa dini
dan pembedahan dapat menyelamatkan nyawa. Robekan aorta torakalis biasanya
akibat dari cedera deselerasi dengan jantung dan arcus aorta yang tiba-tiba
bergerak ke anterior (benturan ke 3), merobek aorta yang sebelumnya berikatan
ligamentum arteriosum . Pada 10% kasus tidak langsung tampak perdarahan yang
nyata, robekan aorta ini tertutup jaringan sekitarnya dan lapisan adventitia.
Tetapi ini hanya sementara dan tetap akan rupture dalam beberapa jam bila tidak
dilakukan pembedahan.
Diagnosa
ruptur aorta traumatic sulit ditegakkan dilapangan , bahkan di rumah sakit juga
sering terlewatkan. Riwayat/mekanisme kecelakaan merupakan hal yang sangat
penting,karena pada banyak penderita tidak dijumpai tanda-tanda trauma thorax
yang nyata. Informasi seberapa parah mobil, kerusakan kemudi dengan cedera
deseleerasi atau ketinggian berapa penderita jatuh sangat penting. Pada keadaan
yang sangat jarang , mungkin didapatkan hipertensi anggota gerak atas dan
pulsasi yang berkurang pada tungkai bawah.
Penatalaksanaan
1.
Pastikan jalan nafas terbuka
2.
Beri Oksigen
3.
Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
4.
Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
5.
Monitor saturasi oksigen dengan pulse
oximeter
6. Monitor
jantung bila tersedia
DAFTAR
PUSTAKA
Andrew
H. Travers, Thomas D. Rea, Bentley J. Bobrow, Dana P. Edelson, Robert A.Berg,
Michael R. Sayre, Marc D. Berg, Leon Chameides, Robert E. O'Connor and Robert
A. Swor. 2010. CPR Overview. American Heart Association. Volume 4
David
Markenson, Jeffrey D. Ferguson, Leon Chameides, Pascal Cassan, Kin-Lai Chung, Jonathan Epstein, Louis Gonzales, Rita
Ann Herrington, Jeffrey L. Pellegrino, Norda Ratcliff and Adam Singer. 2010.
First Aid. American Heart Association. Volume 17