Provinsi riau ibukotanya
pekan baru
A.
SENI
RUPA
Hasil
seni rupa Riau yang perlu dicatat masih banyak, di antaranya adalah seni
bangunan dan seni kerajinan. Kedua seni ini juga menunjukkan ciri khas Riau.
Kerajinan tenun kain, anyaman, sulaman, tekat, renda, hiasan tudung saji,
terandak, dan lainnya berkembang dengan baik. Kerajinan tenun Riau mempunyai
banyak motif, seperti motif bunga, daun, binatang, awan larat (awan berarak),
dan ukiran kaligrafi. Kain tenun khas Riau antara lain kain tenun Siak dari
Siak Sri Indrapura, kain sutera corak lintang dari Siantan, serta kain sutera
petak catur dan kain mastuli dari Daik Lingga.
Seniman
Tenas Effendy telah berusaha mengungkap motif-motif yang dulu kurang dikenal
dalam senirupa Melayu, seperti motif bunga cengkih, pucuk rebung, awan larat,
wajik-wajik, bunga kiambang, bunga berembang, bunga hutan, bunga melur, tampuk
manggis, cempaka, kunyit-kunyit, pinang-pinang, naga-naga, lebah bergantung,
ikan, ayam, sayap layang-layang, siku keluang, dan lain-lain. Seniman ini
dikenal sebagai orang yang berikhtiar untuk melestarikan seni bangunan dan seni
tradisional Melayu Riau lainnya, termasuk sastra lisan. Motif-motif ukiran
dalam kesenian Melayu klasik masih dapat kita lihat dalam bentuk ukiran
kaligrafi dari ayat-ayat Al Quran atau syair-syair Arab pada mimbar dan mihrab
masjid-masjid tua di seluruh Riau atau pada nisan-nisan lama.
Seni
bangunan Melayu yang asli juga masih terdapat di seluruh Riau. Meskipun beragam
dan sedikit berbeda, namun semuanya masih memperlihatkan benang merah yang
menunjukkan cikal-bakalnya pada masa lampau
B. SENI MUSIK
Pada
budaya Melayu, alat musik digunakan untuk mengiringi tarian atau lagu-lagu
tradisional Melayu. Berikut beberapa alat musik tradisional Melayu Riau:
1. Rebana
Ubi
Alat
musik ini sangat terkenal sejak zaman kerajaan Melayu Kuno. Rebana ubi sering
digunakan saat upacara pernikahan.Selain itu Rebana ubi juga digunakan sebagai
alat komunikasi sederhana pada zaman itu karena bunyinya yang cukup keras.
Jumlah pukulan pada rebana ubi memiliki makna tersendiri yang telah dipahami
oleh masyarakt saat itu.
Kompang
merupakan alat musik Melayu yang paling populer saat ini, kompang banyak
digunakan dalam berbagai acara-acara sosial seperti pawai hari kemerdekaan.
Selain itu alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi lagu gambus. Kompang
memiliki kemiripan dengan rebana tetapi tanpa cakram logam gemerincing di
sekelilingnya.
3. Sape
Sape
adalah seruling tradisional masyarakat Melayu. Alat musik dibuat dengan bambu
panjang yang dilubangi sehingga menghasilkan nada yang indah. Alat musik ini
dapat dimainkan dengan cara ditiup. Sape digunakan untuk melengkapi musik
tarian tradisional Melayu. Selain itu, sape juga digunakan sebagai pelengkap
musik pengiring dari lagu tradisional Melayu. Sampai saat ini alat musik ini
masih sering digunakan. Salah satunya adalah untuk mengirinya musik dangdut
(perkembangan dari musik Melayu).
4.
Gabus
Gambus adalah alat musik petik seperti
mandolin yang berasal dari Riau. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai
paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes
memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut
gambus saja orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria
untuk taripergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan
temaliriknya adalah keagamaan. Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi
danbanyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab,
isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar, bapaknya
Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan pimpinan
Ahmad Baqi.
5. Kordeon
Kordeon adalah alat musik yang berasal
dari Riau. Alat musik ini bisa
dimainkan
dengan cara dipompa. Alat musik ini termasuk sulit untuk
dimainkan.
Tidak banyak yang dapat memainkannya.
6.
Gendang
Gendang
adalah instrumen Riau yang salah satu fungsi utamanya
mengatur
irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat
bantu.Jenis
kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut
kendang
ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang
gedhe
biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing
yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang
irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran
,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu:
kendhang kosek.Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan
profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di
mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga
orang lain maka akan berbeda nuansanya.
6.
Gong
Gong
merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia
Tenggara
dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik
tradisional.
Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.
Gong
yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada
gong
baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya
masih
belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi
lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi
kkwaenggwari
yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan
dengan
cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara
dipukul
sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari
menggunakan
lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena
satu
jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan
mengurangi
volume suara denting yang dihasilkan.
C. SENI TARI
1. Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di
gemari di daerah Riau.
2.
Tori Joged Lambak, adalah tari
pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi
3. seni
bujang dara Riau adalah sebuah kelompok pemuda-pemudi riau yang tergabung dalam
dunia seni tari dan sebuah komunitas seni yang berusaha berkreatif dan
berkreatifitas dalam menciptakan sebuah karya yang menambah pembendaharaan tari
diriau dan memajukan seni tari sesuai zaman dan mempertahankan yang telah
ada.Nama (Bujang Dara Riau) diambil dari kata panggilan untuk remaja riau yang
merupakan sebuah ciri khas daerah riau.
D. SENI
TEATER
Teater
Melayu yang berkembang di Provinsi Riau anatar lain: Teater Makyong di
Kabupaten Bintan tepatnya di Pulau Mantang, Pulau Panjang, Batam; Teater Mendu
di Kabupaten Ranai tepatnya di Kecamatan Sedanau dan Ranai; Teater Lang-lang
Buana di Kabupaten Natuna tepatnya di Ranai dan Wayang Bangsawan di Daik
Lingga, Dabo Singkep, Pulau Penyengat.
Teater
dari daerah lain yang berada di Provinsi Kepulauan Riau antara lain seperti:
Randai, Ketoprak, Wayang Orang, Dul Muluk dan Manora. Semuanya dikembangkan
oleh masyarakat dan suku lain yang berada di provinsi Kepulauan Riau.
1. TEATER
MAKYONG
Teater Makyong adalah
salah satu jenis kesenian Melayu yang menggabungkan unsur-unsur ritual, tari,
nyanyi, dan musik dalam pementasannya. Dalam pertunjukkannya, Mak Yong mempertemukan
antara pemain dan penonton. Kesenian ini berasal dari daerah, yang dari segi
budaya, termasuk rumpun Melayu, yaitu daerah Nara Yala, Patani pada sekitar
abad ke-17. kemudian menyebar ke daerah Kelantan
(sekitar 200 tahun yang
lalu), tetapi tanpa memakai topeng seperti di tempat asalnya. Dari Kelantan ini
Mak Yong kemudian menyebar ke Indonesia, yaitu ke daerah Bintan dan Batam
melalui Tanjung Kurau (Singapura).
Teater Makyong di
Indonesia mengalami kejayaannya pada masa keemasan kesultanan Riau-Lingga dan
pada masa sekitar tahun 1950-an. Pada masa kejayaannya ini Mak Yong pernah
dianggap sebagai kesenian istana. Akan tetapi, dewasa ini kesenian tersebut
tidak hanya menjadi konsumsi kelompok tertentu saja, melainkan sudah menjadi
pertunjukkan yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
Jumlah
pemain Mak Yong sekurang-kurangnya 15 orang. Setiap orang terkadang memerankan
peran rangkap dengan menukar topeng. Para pemain terdiri atas tokoh utama,
seperti Pak Yong, Mak Yong, pangeran yang sering dipanggil dengan istilah Cik
Wang, Mak Yong yang sering memerankan sebagai permaisuri yang juga sering
dipanggil dengn istilah Mak Senik, Awang pengasuh, dan beberapa orang yang
berperan sebagai peran pembantu, seperti: Inang Perempuan Bertopeng, Mamak
Bertopeng, Pembatak Bertopeng, dan dayang-dayang. Selebihnya, adalah pemain
musik.
Pertunjukkannya
membutuhkan panggung terbuka dalam bentuk "tapal kuda", dengan ukuran
8x8 meter, beratap, dan bertiang 6 buah sebagai penopang atap tersebut.
Seperangkat
peralatan musiknya terdiri atas: gendang pengibu, gendang penganak, gedombak
(dua buah), geduk, gong atau ketawak (dua buah, satu betina dan satunya
jantan), mong (dua buah, satu betina dan satunya jantan), breng-breng, cecrek,
rebab, anak ayam, dan biola bambu. Peralatan tersebut sering disebut dengan
"musik kelantan".
kostum
yang digunakan meliputi: baju lengan pendek, celana, kain samping atau dagang,
alas dada atau elau, tanjak, selampai, bengkung, pending, sabuk dua helai
(untuk Pak Yong Tua dan Muda), kebaya panjang, kain sarung, pending tiga buah
(untuk Mak Yong, Puteri, dan dayang-dayang), baju kurung pendek, dan selendang
untuk Mak Inang Pengasuh.
perlengkapan
pendukungnya adalah rotan pemukul atau bilai yang terbuat dari bambu yang
dibelah tujuh, parang, keris, kapak, panah, tongkat kayu, canggai, sembilan
kuku palsu, dan beberapa topeng, yaitu topeng: Nenek Betara Guru, Nenek Betara
Siwa, Awang Pengasuh, Inang Tua, Inang Muda, Wak Perambun, Mamak-mamak, Wak
Pakih Jenang, Wak Dukun, Pembatak, Raja Jin, Peran Hutan, Peran Agung, Apek
Kotak, dan beberapa topeng binatang.
urut-urutan
pementasannya adalah sebagi berikut: (1) upacara tolak bala dengan cara
mengasapi peralatan musik dan perangkat pementasan, (2) upacara semah (buka
tanah) atau buang bahasa dengan menanam ramuan khusus ke tanah. Tujuannya untuk
menghindari gangguan makluk halus, (3) pementasan dimulai dengan keluarnya Pak
Yong, dan (4) pementasan diakhiri dengan tarian Cik Milik.
2. Teater
mendu
Alat-alat musik yang dipakai dalam
pertunjukan Mendu ialah gendang panjang, biola, gung, beduk, dan kaleng kosong.
Dalam Bangsawan dipakai peralatan orkes Melayu lengkap. Pertunjukan Mendu
sangat mengandalkan upacara yang bersifat ritual seperti buka tanah dan semah.
Dalam upacara ini digunakan mantra dan serapah.
Untuk sebuah pementasan
jumlah pemainnya minimal 25 orang (25--35 orang). Jika jumlah pemainnya hanya
25 orang, maka pengaturannya 5 orang sebagai pemusik, kemudian selebihnya
sebagai pemain (pelakon). Jika, karena satu dan lain hal, jumlahnya hanya 20 orang,
maka harus ada yang berganti peran pada adegan berikutnya. Lalu, jika jumlah
pemainnya lengkap (35 orang), maka setiap orag akan melakukan satu peran
tertentu. Dengan perkataan lain, setiap orang hanya dapat melakonkan satu tokoh
dalam keseluruhan episode.
Panggung yang
diperlukan itu berukuran 4 x 14 meter, berada di areal terbuka, dan terdiri
atas tiga bagian, yakni ruang rias, balai penghadapan, dan arena berladun.
Kostum yang dikenakan
oleh para pelakonnya adalah baju kurung teluk belanga (laki-laki) dan kebaya
(perempuan), atau menyesuaikan peran yang dilakonkan karena tidak ada patokan
yangg khusus. Demikian juga perlengkapan pendukungnya.
Pementasan seni
pertunjukan yang disebut sebagai Mendu ini tentunya dilakukan secara berurutan.
Dan, urutan itu adalah sebagai berikut: pertama, pertunjukan diawali dengan
peranta, yakni pemberitahuan bahwa Mendu akan dipentaskan atau dipanggungkan
dengan memukul alat-alat perkusi (gong dan kaleng) sekitar 2 jam lamanya;
kedua, madah yang dilakukan oleh Syekh Mandu; ketiga, berladun; yaitu seluruh
pelakon menari dan bernyanyi bersama membentuk lingkaran. Setelah itu, secara
berpasangan, ada yang berjalan dari kiri dan kanan panggung sambil menari dan
menyanyi. Selain itu, mereka berpantun yang isinya ucapan selamat datang dan
sekaligus permohonan maaf jika sekiranya nanti pertunjukan kurang mengena di
hati penonton. Keempat, para pelakon menyanyikan lagu wayat atau hikayat.
Kelima, adegan pertama yang menggambarkan susana kerajaan. Adegan ini diiringi
oleh nyanyian Numu Satu. Sebagai catatan, setiap adegan diiringi nyanyian.
Untuk adegan Dewa Mendu ada beberapa lagu yang dapat dinyanyikan. Lagu-lagu itu
ialah: Lamak Lamun, Numu satu, Serawak, Aik Mawa atau Burung Putih. Keenam,
pementasan Mendu itu sendiri, dan ketujuh, penutupan yang sering disebut
beremas. Artinya, berkemas-kemas untuk pulang. Di sini para pelakon berbanjar
dua baris, menari bersama, dan mengucapkan selamat berpisah disertai permintaan
maaf kepada penonton, dan saling meminta maaf diantara para pelakon itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar